Sering dijadikan sayuran atau cemilan, Desa Tadho memiliki cara yang unik dalam mengolah jagung. Olahan ini disebut rebok, makanan tradisional yang diolah menjadi bubuk halus dengan proses yang penuh ketelatenan. Mereka mengolahnya menjadi bubuk halus yang siap dikonsumsi langsung, atau ditambahkan gula atau kopi sebagai variasi. Dahulu, rebok menjadi cemilan sekaligus makanan pengganti nasi. Selain itu, jagung sebagai bahan baku utama tidak hanya mudah didapatkan, tetapi juga dapat disimpan dalam waktu yang lama sehingga lebih hemat secara finansial.
Proses Pembuatan Rebok yang Otentik
Proses pembuatan rebok dimulai dengan tahap pengeringan jagung di bawah sinar matahari untuk memastikan biji jagung siap diolah. Setelah kering, biji jagung dipisahkan dari bonggolnya satu per satu, diletakkan di atas tampah, dan diayak agar bersih dari kotoran. Tahap berikutnya adalah merebus jagung selama 8 hingga 15 menit untuk biji yang lebih tua; jagung muda bisa langsung ke tahap berikutnya.
Teknik Khusus dan Penggunaan Alat Tradisional
Jagung kemudian dipindahkan ke atas likang, tungku khas berkaki tiga, untuk kemudian jagung disangrai dalam wadah tembikar. Meskipun peralatan memasak modern kini tersedia, masyarakat Tadho tetap memilih tembikar. Penggunaan tembikar tidak hanya memperkaya cita rasa rebok, tetapi juga menjaga keaslian tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Proses penyangraian membutuhkan waktu 25 hingga 60 menit, dengan pengadukan konstan agar seluruh biji matang secara merata.
Ditumbuk dengan Alu di Lesung hingga Menjadi Bubuk Halus
Setelah disangrai, jagung ditumbuk dalam lesung dengan alu hingga halus. Tahap penumbukan ini memerlukan keterampilan karena butuh ketepatan dalam mengatur kekuatan pukulan agar jagung hancur merata tanpa tercecer keluar. Rebok yang sudah halus dipindahkan ke wadah dan siap disajikan. Masyarakat Tadho sering menyantapnya langsung, menggunakan lesung sebagai meja makan sederhana yang penuh keakraban.
Makna Rebok bagi Masyarakat Tadho
Bagi masyarakat Tadho, rebok tidak sekadar makanan. Proses pembuatannya yang sarat akan nilai gotong royong dan kesabaran menunjukkan bagaimana mereka mempertahankan kearifan lokal dan budaya nenek moyang. Rebok menjadi simbol identitas sekaligus bukti keakraban masyarakat desa yang menghargai tradisi dalam setiap langkah kehidupan mereka.
Comments are closed