Ceritera Rakyat: Kopong dan Orong

Lanskap Desa Tadho

Di sebuah desa, hiduplah dua sahabat, yaitu Orong, si Bangau yang rajin bekerja, dan Kopok, seekor monyet yang terkenal usil dan licik. Musim tanam jagung pun tiba, dan Orong bekerja keras dari pagi hingga senja untuk menanam satu kebun jagung. Namun, ketika harinya tiba untuk melihat bibitnya tumbuh, ia terkejut mendapati jagungnya lenyap. Rasa kecewanya semakin besar saat ia tahu bahwa Kopoklah pelakunya; Kopok diam-diam memakan semua jagung yang sudah ia tanam.

Tak ingin kalah, Orong mencoba lagi menanam jagung dengan lebih hati-hati. Tetapi, di kali kedua pun hasilnya sama—lagi-lagi si Kopok yang panjang tangan itu menghabiskan seluruh jagung Orong. Kesabaran Orong mulai habis. Setelah merenung, ia pun menemukan cara untuk membalas perbuatan Kopok.

Suatu hari, Orong datang ke rumah Kopok dengan senyum lebar. “Kopok, ayo kita pergi liburan ke nunsa (pulau)! Di sana ada banyak buah nanek (sirsak) yang manis dan segar. Kamu pasti suka!” Kopok, yang memang rakus, langsung bersemangat. Ia bahkan mengajak teman-temannya untuk ikut.

Keesokan harinya, semua monyet berkumpul. Salah satu dari mereka, seekor betina yang sedang hamil tua, memutuskan untuk tidak menaiki kapal saat sudah berada di pinggir laut. Kopok dan teman-temannya bertanya kepada Orong, “Kita naik apa ke Nunsa?”

Orong tersenyum licik. “Aku sudah buat perahu khusus untuk kalian,” katanya sambil menunjuk perahu yang tampak kokoh di pantai. Padahal, perahu itu terbuat dari pasir yang basah dan rapuh. Satu perahu hanya berisi satu bangau sebagai juru mudi, sementara para monyet duduk di bagian depan. Begitu mereka berlayar, para monyet mulai mendayung dengan penuh semangat. Orong pun memimpin dari belakang, berteriak, “Bhise lelang-lelang roko saing lau Nunsa! (Dayung cepat supaya kita sampai ke pulau!)”

Saat perjalanan mulai jauh dari pantai, Orong mulai melubangi dasar perahu perlahan-lahan dengan paruhnya yang tajam. Ketika akhirnya mereka berada di tengah laut, Orong membuka lubang besar di perahu. Air laut pun mulai menggenangi perahu pasir, dan satu per satu, para monyet tenggelam ke dalam laut. 

Orong terbang tinggi, meninggalkan Kopok dan kawanannya yang berjuang sia-sia melawan ombak. Ketika sampai di pantai, monyet yang tinggal bertanya, “Orong, mana Kopok dan teman-teman kami?”

Orong menjawab dengan enteng, “Mereka makan sirsak di Nunsa. Tapi siapa tahu, mereka mungkin sudah kembali ke sini nanti.”

Mengenal Lebih Dekat Desa Tadho melalui Kisah Kopok dan Orong

Cerita rakyat merupakan salah satu cara untuk menelusuri bagaimana masyarakat pada suatu zaman hidup dengan kebiasaan serta pengetahuan lokalnya. Kisah Kopok dan Orong sendiri memberikan pembaca gambaran bagaimana Desa Tadho dekat dengan laut, mencari penghidupan dengan berkebun, serta yang paling utama adalah pentingnya menjaga nilai-nilai komunal;  susah senang sebaiknya dihadapi bersama, bukan dengan mengambil keuntungan sendiri.

Cerita Kopok dan Orong terus diturunkan kepada anak-anak di Desa Tadho hingga hari ini. Cerita ini mengajarkan bahwa sifat panjang tangan dan mengambil hak orang lain hanya akan membawa kehancuran. Selain itu, gotong royong, kerja keras, dan saling menghormati lebih berharga daripada sifat licik dan rakus. 

img

Whether you work from home or commute to a nearby office, the energy-efficient features of your home contribute to a productive and eco-conscious workday. Smart home systems allow you to monitor and control energy usage, ensuring that your environmental impact remains m

Comments are closed